JATIAGUNG - Industri pembuatan pupuk kompos yang telah berjalan sejak empat tahun yang lalu di kelola oleh kelompok tani Desa Margodadi, Kecamatan Jatiagung, Lampung Selatan (Lamsel) terus dikembangkan. Bahkan saat ini tidak hanya kotoran ternak sapi atau kambing, namun kotoran ayam yang dimanfaatkan sebagai bahan baku pembuatan pupuk alami tersebut.
Kepala Desa Margadadi, Nur Yusman kemarin menuturkan, industri pembuatan pupuk kompos itu telah berjalan dengan baik sejak dua tahun yang lalu, sejauh ini bahan yang digunakan pada awalnya yakni dari kotoran ternak seperti kotoran sapi, dan kambing milik warga.
Namun, karena persediaan bahan mulai berkurang, sementara jumlah konsumen untuk menggunakan pupuk tersebut terus meningkat, pihaknya memanfaatkan kotoran ternak ayam sebagai bahan guna mencukupi kekurangan pengadaan bahan bakunya. “Kita saat ini manfaatan kotoran ternak guna mengatasi kekurangan pengadaan bahan untuk pembuatan pupuk kompos itu,” katanya.
Menurutnya, di wilayah Kecamatan Jatiagung dirasakan banyak terdapat kandang ternak ayam milik investor asing yang berproduksi, populasinya pun terbilang tinggi dimana rata-rata memiliki puluhan ribu.
“Karena itu, agar kotoran ternak ayam tidak dijual oleh investor keluar daerah, lebih baik kita pasok saja untuk pembuatan pupuk kompos,” ungkapnya.
Diketahui, guna menyikapi terbatasnya realisasi pupuk bersubsidi dari pemerintah, sebagai langkah alternatif Desa Margodadi sejak tahun 2009 lalu mengembangkan industri pembuatan pupuk kompos dari kotoran ternak. Dalam hal ini dikelola langsung oleh kelompok tani Dewi Sri di desa setempat.
Dari pantauan Radar Lamsel, kemarin, peralatan dalam pengolahan kotoran ternak (bahan baku) menjadi pupuk kompos yang digunakan terbilang sederhana.
Menariknya, hasilnya bentuk pupuk yang telah diolah tersebut berbentuk layaknya pupuk Urea. Setiap harinya mampu berproduksi hingga 3 sampai 4 ton. Dalam pengeloalaannya dipercayakan langsung kepada kelompok tani di desa ini, dengan ketekunan dan keterampilan yang dimiliki kader-kader kelompok tani desa setempat.
Bahkan, pupuk kompos atau non bahan kimia tersebut diminati petani. Namun sayangnya, pembeli produksi pupuk kompos ini kebanyakan dari luar daerah seperti Lampung Timur, Liwa, Kota Bumi dan Lambar. Sementara, untuk petani lokal belum memahami akan menfaat penggunaan pupuk tersebut.(ndi)
Kepala Desa Margadadi, Nur Yusman kemarin menuturkan, industri pembuatan pupuk kompos itu telah berjalan dengan baik sejak dua tahun yang lalu, sejauh ini bahan yang digunakan pada awalnya yakni dari kotoran ternak seperti kotoran sapi, dan kambing milik warga.
Namun, karena persediaan bahan mulai berkurang, sementara jumlah konsumen untuk menggunakan pupuk tersebut terus meningkat, pihaknya memanfaatkan kotoran ternak ayam sebagai bahan guna mencukupi kekurangan pengadaan bahan bakunya. “Kita saat ini manfaatan kotoran ternak guna mengatasi kekurangan pengadaan bahan untuk pembuatan pupuk kompos itu,” katanya.
Menurutnya, di wilayah Kecamatan Jatiagung dirasakan banyak terdapat kandang ternak ayam milik investor asing yang berproduksi, populasinya pun terbilang tinggi dimana rata-rata memiliki puluhan ribu.
“Karena itu, agar kotoran ternak ayam tidak dijual oleh investor keluar daerah, lebih baik kita pasok saja untuk pembuatan pupuk kompos,” ungkapnya.
Diketahui, guna menyikapi terbatasnya realisasi pupuk bersubsidi dari pemerintah, sebagai langkah alternatif Desa Margodadi sejak tahun 2009 lalu mengembangkan industri pembuatan pupuk kompos dari kotoran ternak. Dalam hal ini dikelola langsung oleh kelompok tani Dewi Sri di desa setempat.
Dari pantauan Radar Lamsel, kemarin, peralatan dalam pengolahan kotoran ternak (bahan baku) menjadi pupuk kompos yang digunakan terbilang sederhana.
Menariknya, hasilnya bentuk pupuk yang telah diolah tersebut berbentuk layaknya pupuk Urea. Setiap harinya mampu berproduksi hingga 3 sampai 4 ton. Dalam pengeloalaannya dipercayakan langsung kepada kelompok tani di desa ini, dengan ketekunan dan keterampilan yang dimiliki kader-kader kelompok tani desa setempat.
Bahkan, pupuk kompos atau non bahan kimia tersebut diminati petani. Namun sayangnya, pembeli produksi pupuk kompos ini kebanyakan dari luar daerah seperti Lampung Timur, Liwa, Kota Bumi dan Lambar. Sementara, untuk petani lokal belum memahami akan menfaat penggunaan pupuk tersebut.(ndi)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar