WAY PANJI - Hasil kunjungan beberapa pejabat daerah dari Kabupaten Lampung Selatan maupun Provinsi Lampung ke Desa Balinuraga, Kecamatan Way Panji belum melihat adanya perpaduan budaya Lampung dan Bali. Bahkan beberapa ornament yang ada pada pagar rumah atau tugu sama seperti yang ada di Pulau Dewata, sehingga kesan Lampung sebagai tempat tinggal belum ada sama sekali.
Untuk memadukan kedua budaya tersebut agar benar-benar menerapkan pepatah dimana bumi dipijak, disitulah langat dijunjung, pihak Kecamatan Way Panji mengundang beberapa tokoh masyarakat dan adat Bali di Kantor Kecamatan, Jum'at (4/1).
Dalam pembahasannya, masyarakat diminta agar gapura atau pagar ada simbol Lampung berupa siger. Inisiatif dari Gubernur Lampung dan Bupati Lampung Selatan, disambut baik oleh masyarakat dan dalam waktu dekat sudah akan diterapkan.
Dalam pembahasannya, masyarakat diminta agar gapura atau pagar ada simbol Lampung berupa siger. Inisiatif dari Gubernur Lampung dan Bupati Lampung Selatan, disambut baik oleh masyarakat dan dalam waktu dekat sudah akan diterapkan.
Camat Way Panji, Hendra jaya, S.Sos mengatakan, tujuannya mengundang para tokoh masyarakat Bali sebagai upaya agar budaya Lampung dan Bali dapat dipadukan seperti yang dilakukan di Kabupaten lain yang ada di Provinsi Lampung. Agar tidak salah dalam memasang ornament Lampung seperti siger, pihak Kecamatan memberikan contoh siger yang benar sesuai dengan siger yang menjadi simbol di Kabupaten Lampung Selatan.
"Pejabat yang turun ke Way Panji beberapa waktu lalu, melihat tidak ada perbedaan bila masuk ke Desa yang ada suku Bali dan sama persis dengan yang ada di Provinsi Bali. Padahal masyarakat tinggal di Provinsi Lampung yang seharusnya bisa memadukan budaya asal dan budaya dimana ia tinggal. Makanya akan kita padukan antara budaya Lampung dengan Bali seperti memasang ornament siger pada pagar dan gapura,"kata Hendra Jaya.
"Hasil dari pertemuan ini, akan kita buatkan peraturan seperti Peraturan Desa (Perdes) yang benar-benar mengikat. Harapan saya, dengan dipadukannya ornament Lampung dan Bali, masyarakat akan lebih merasa memiliki sebagai masyarakat Lampung. Karena ada pepatah, dimana bumi dipijak disitu langit dijunjung. Itulah yang kami harapkan agar masyarakat yang ada di Kecamatan Way Panji ini hidup berdampingan secara rukun dan damai,"imbuhnya.
Ketua Parisada Hindu Dharma Indonesai (PHDI) Kabupaten Lampung Selatan, Made Sukintre, S.Pd mengaku sangat mendukung apapun demi kebaikan masyarakat yang ada di Kecamatan Way Panji umumnya Lampung Selatan. Selama ini, masyarakat menunggu komando agar tidak dipersalahkan dalam memadukan budaya Lampung dan Bali.
"Kami sangat mendukung sekali dan sebetulnya masyarakat tinggal menunggu komando saja. Seperti saat membuat tulisan 1945 pada kanan kiri goron-gorong sebelum masuk ke pekarangan rumah, kalau sudah dikomando masyarakat tentu akan membuatnya. Hal seperti ini juga yang ditunggu masyarakat Bali dan ini harus ada peraturan yang mengikat agar dalam memasang ornament Lampung tidak terjadi kesalahan dikemudian hari,"kata Made Sukintre.
Hal sama dikatakan, Mangku Wayan Gambar (65). Tokoh agama di Desa Balinuraga ini meminta agar ada bentuk baku siger yang akan dipasang oleh masyarakat. Kalau sudah jelas, ia siap membuat dan membagikan kepada masyarakat yang ada di desanya.
"Kita siap mengikuti adat tradisi yang ada di Lampung. Selama ini memang kita belum berani memasang siger, karena takut disalahkan. Harapan kami pada pagar dan gapura memang ada perpaduan dua budaya seperti yang saya lihat di Kabupaten Lampung Tengah. Kami juga akan mensosialisasikannya kepada masyarakat Bali yang ada di Lampung Selatan,"kata Wayan Gambar. (gus)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar