GEDONGTATAAN – Untuk meningkatkan kesejahteraan petani, khususnya petani kakao (kopi coklat), Pemkab Pesawaran melalui Dinas Perkebunan dan Kehutanan (Disbunhut) tahun ini akan memberikan bantuan berupa sarana dan prasarana untuk fermentasi biji kakao.
Hal tersebut diungkapkan oleh Kepala Disbunhut Pesawaran Ir. Sayuti kepada Radar Pesawaran kemarin. “Hal ini merupakan salah satu program Bapak Bupati Pesawaran Aries Sandi, untuk mensejahterakan petani,” terang dia.
Bantuan tersebut, sambung Sayuti, berupa satu unit bangunan oven, lima unit kotak fermentasi, dan satu unit alat ukur kadar air. "Semua kecamatan (sembilan kecamatan, red) akan mendapatkan bantuan ini,” jelas Kadis tersebut.
Dimana kapasitas produksi alat tersebut yakni 1,5 ton. Untuk spesifikasi kotak fermentasi itu sendiri berukuran 60 cm x 60 cm x 50 cm. Dan kotak fermentasi itu mampu menampung biji kakau sebanyak 100 kg.
"Proses fermentasi ini memakan waktu lima hari, pertama biji kakao yang telah diurai dari cangkangnya terlebih dahulu diseleksi dan dimasukan ke kotak fermentasi selama lima sampai enam hari, (dua hari sekali harus dilakukan pengadukan) dan setelah itu proses terakhir penjemuran baik mengunakan sinar matahari atau menggunakan oven," jelasnya.
Lebih jauh Sayuti menambahkan bahwa sebelum memberikan bantuan tersebut kepada warga, pihaknya terlebih dahulu akan mensosialisasikan untuk pengelolaan, manajemen, dan tata cara pengoperasian alat tersebut kepada petani.
Diakuinya, dengan menggunakan alat fermentasi ini, maka harga kakao dapat didongkrak lebih mahal. Yakni, kakao yang sudah di proses melalui fermentasi perkilonya mencapai Rp 22.500 dibanding pengolahan secara tradisional perkilonya dengan basis harga Rp. 18.000.
Hal tersebut diungkapkan oleh Kepala Disbunhut Pesawaran Ir. Sayuti kepada Radar Pesawaran kemarin. “Hal ini merupakan salah satu program Bapak Bupati Pesawaran Aries Sandi, untuk mensejahterakan petani,” terang dia.
Bantuan tersebut, sambung Sayuti, berupa satu unit bangunan oven, lima unit kotak fermentasi, dan satu unit alat ukur kadar air. "Semua kecamatan (sembilan kecamatan, red) akan mendapatkan bantuan ini,” jelas Kadis tersebut.
Dimana kapasitas produksi alat tersebut yakni 1,5 ton. Untuk spesifikasi kotak fermentasi itu sendiri berukuran 60 cm x 60 cm x 50 cm. Dan kotak fermentasi itu mampu menampung biji kakau sebanyak 100 kg.
"Proses fermentasi ini memakan waktu lima hari, pertama biji kakao yang telah diurai dari cangkangnya terlebih dahulu diseleksi dan dimasukan ke kotak fermentasi selama lima sampai enam hari, (dua hari sekali harus dilakukan pengadukan) dan setelah itu proses terakhir penjemuran baik mengunakan sinar matahari atau menggunakan oven," jelasnya.
Lebih jauh Sayuti menambahkan bahwa sebelum memberikan bantuan tersebut kepada warga, pihaknya terlebih dahulu akan mensosialisasikan untuk pengelolaan, manajemen, dan tata cara pengoperasian alat tersebut kepada petani.
Diakuinya, dengan menggunakan alat fermentasi ini, maka harga kakao dapat didongkrak lebih mahal. Yakni, kakao yang sudah di proses melalui fermentasi perkilonya mencapai Rp 22.500 dibanding pengolahan secara tradisional perkilonya dengan basis harga Rp. 18.000.
"Melalui proses fermentasi ini dapat dihasilkan biji kakao dengan kadar air tujuh, dan harganya juga tinggi. Nah, untuk penjualannya sendiri kita menggandeng perusahaan besar seperti PT Delfi dan Bumi Tangerang," pungkasnya. (ozi)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar