PALAS - Petani di Kecamatan Palas kecewa. Pasalnya, hasil panen musim ini tak sesuai yang diharapkan. Dimusim rendengan atau penghujan tanaman padi yang semestinya bisa meningkatkan hasil panen ternyata berbalik. Hasil yang dicapai petani menurun dari musim sebelumnya.
Bulir padi yang dipanen banyak yang tidak berisi. Ini disebabkan minimnya pasokan air saat padi mulai berkembang. Karena air yang berada disaluran irigasi tersebut memiliki kadar garam yang cukup tinggi. Sehingga proses pembuahan dan pertumbuhan tanaman menjadi kurang maksimal.
Musim ini rata-rata petani setempat hanya mendapatkan 3-4 ton perhektarnya. Sedangkan dimusim penen sebelumnya petani mampu memperoleh hingga 6-7 ton perhektarnya. Dengan hasil yang pas-pasan ini petani harus ekstra keras musim tanam berikutnya.
Syahrudin (50), salah seorang petani di Desa Bumi Asri Kecamatan Palas mengatakan, hasil panen yang didapat tahun ini sangat jauh dengan tahun lalu. Padahal, usaha yang dilakukannya sudah optimal yakni mulai perawatan, pemupukan sampai pengobatan. Namun tetap saja hasil yang didapat masih belum maksimal, justru malah berkurang bila dibandingkan dengan hasil panen tahun lalu.
"Apalagi hasil yang didapat saat ini tingkat broken (beras patah, red) terbilang tinggi mencapai 20-30 persen. Bagaimana kami bisa memperoleh untung besar. Kami akui meskipun hasil panen saat ini menurun dan tingkat broken yang tinggi kami masih tetap mendapat untung walaupun tidak banyak. Tapi bagaimana caranya kami mendapatkan modal untuk menanam dimusim berikutnya,"kata Syahrudin, Senin (15/1).
Sementara, Nursam (40) petani lainnya mengatakan, selain hasil yang menurun dan tingkat broken yang tinggi petani juga terkendala oleh turunnya harga gabah. Diketahui saat ini harga gabah hanya Rp. 3.300-3.500 perkilonya. Sedangkan harga sebelumnya mencapai Rp.3.500-4.000 perkilonya. Ini yang menjadi masalah baru bagi para petani didalam menjual hasil panennya yang pas-pasan dan kualitas yang munurun.
"Mungkin harganya turun karena kualitasnya turun mas. Tapi mau bilang apa ini sudah menjadi resiko kami seorang petani. jika kami tidak bertani anak isteri kami mau dikasih makan apa. Tapi kami berharap adanya pembinaan secara itensih dari pemerintah agar kami lebih memahami bagaimana cara yang baik didalam menanam padi. Kami juga menginginkan campur tangan pemerintah didalam menentukan harga yang saat ini merosot. Jika ini terjadi terus menerus bagaiman kami bisa terus memproduksi padi. Sebab antara modal yang dikeluarkan dengan hasil yang didapat tidak seimbang,"pungkasnya.(ams)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar